Rabu, 31 Agustus 2011

Pemeriksaan Prenatal


Prenatal adalah periode antara setelah pembuahan hingga sebelum melahirkan. Periode ini disebut juga antenatal dan dapat dibagi menjadi :
Ø  Trimester 1 (0-12 minggu)
Ø  Trimester 2 (13-27 minggu)
Ø  Trimester 3 (28 minggu-sebelum melahirkan)
Prenatal check-up bermanfaat untuk mengetahui ada tidaknya resiko gangguan kesehatan pada ibuh hamil, yang berakibat buruk pada janin, sehingga dapat :
Ø  Meningkatkan kualitas hidup ibu hamil
Ø  Memastikan rencana perawatan yang diperlukan selama kehamilan dan pada saat persalinan.
Prenatal check-up sebaiknya mulai dilakukan pada awal kehamilan yaitu trimester 1.
Panel pemeriksaan sebagai bagian dari Prenatal Check-up terdiri dari :
A.    Hematologi Rutin
Pemeriksaan hematologi memberi informasi tentang jumlah sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, trombosit, hematokrit dan lain-lain yang bermanfaat untuk mengevaluasi kemungkinan adanya penyakit/kelainan darah seperti anemia, thalassemia, leukimia, trombositopenia yang dapat mempengaruhi janin.
B.  Golongan Darah ABO dan Rhesus
Pemeriksaan golongan darah bermanfaat untuk mencegah ketidaksesuaian golongan darah pada saat transfusi. Pemeriksaan golongan darah Rhesus bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan ketidaksesuaian rhesus yang menyebabkan antibodi ibu menyerang sel darah merah janin atau disebut dengan erythroblastosis fetalis, sehingga janin mengalami anemia, kerusakan otak dan jantung atau akibat fatal lainnya.
C.  Urine Rutin
Pemeriksaan urine rutin bermanfaat antara lain untuk mendeteksi adanya gula dan protein dalm urine. Bila ditemukan protein yang berlebihan pada urine ibu hamil, maka diwaspadai adanya infeksi saluran kemih, penyakit ginjal atau preeklampsia (salah satu jenis hipertensi pada ibu hamil). Infeksi saluran kemih terkait dengan peningkatan resiko kelahiran bayi prematur, berat badan bayi lahir rendah, dan kematian janin; sementara preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil.
D. Glukosa Puasa dan 2 Jam PP
Kedua pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi terjadinya diabetes gestasional, diabetes yang tejadi hanya pada masa kehamilan. Diabetes gestasional mengakibatkan kesulitan pada saat melahirkan, keguguran dan resiko preeklampsia pada ibu, sedangkan pada janin diabetes gestasional dapat mengakibatkan keguguran kerusakan pada otak dan jantung janin, atau berat badan janin berlebih.
E.  HBsAg
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk mengetahui ada tidaknya infeksi oleh virus Hepatitis B pada ibu hamil. Infeksi ini beresiko ditularkan dari ibu hamil kepada janinnya.
F.   Pemeriksaan VDRL/RPR
Pemeriksaan VDRL/RPR bermanfaat untuk mengetahui infeksi sifilis. Infeksi sifilis pada wanita hamil yang tidak diobati dapat menyebabkan sifilis kongenital (bawaan) dengan tingkat penularan dari ibu ke janin berkisar 10-100% tergantung tingkat infeksi yang dialami ibu. Pemeriksaan sifilis dianjurkan pada trimester 1 untuk semua wanita hamil dan bagi yang memiliki resiko tinggi maka diulang kembali pada trimester 3.
G. Anti Toxoplasma IgG dan IgM
Pemeriksaan Anti Toxoplasma IgG dan IgM bermanfaat untuk mengetahui status antibodi terhadap parasit Toxoplasma. Infeksi toxoplasma untuk pertama kali pada wanita hamil menimbulkan masalah serius karena beresiko tinggi menularkan ke janin yang dapat menyebabkan keguguran dan berbagai kelainan bawaan pada janin.
H. Anti Rubella IgG dan IgM
Pemeriksaan antibodi terhadap virus Rubella bermanfaat untuk mengetahui status antibodi dan skrining infeksi Rubella. Infeksi Rubella untuk pertama kali berbahaya bagi wanita hamil muda karena dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti tuli, buta bahkan keguguran.
I.    Anti CMV IgG dan IgM
Infeksi CMV untuk pertama kali pada kehamilan memiliki resiko penularan terhadap janin. Penularan dari ibu ke janin selama masa kehamilan merupakan penyebab utama infeksi CMV kongenital yang dapat mengakibatkan pembesaran hati, kuning (jaundice/ikterus), pengapuran otak, tuli, keterbelakangan mental pada janin.
J.    Anti HSV2 IgG dan IgM
Kedua pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui infeks yang disebabkan oleh herpes tipe 2. Wanita hamil dengan Anti HSV 2 IgG positif perlu diperiksa kembali pada trimester 3, untuk memastikan ada tidaknya infeksi ulang. Jika terdapat infeksi ulang proses persalinan dianjurkan dengan bedah caesar, untuk mencegah terinfeksinya bayi saat melewati jalan lahir.

Senin, 29 Agustus 2011

Pemeriksaan HCV Genotipe v.2 untuk Pemeriksaan Hepatitis C

WHO memperkirakan bahwa sekitar 170 juta orang terinfeksi hepatitis C kronis dan lebih dari 350.000 orang diperkirakan meninggal setiap tahunnya. Jumlah kematian yang cukup tinggi ini cukup tinggi ini disebabkan oleh progresivitas infeksi hepatitis C menjadi sirosis dan kanker hati yang lebih cepat dibandingkan hepatitis B. untuk memperlambat progresivitas penyakit, diperlukan penatalaksanaan infeksi hepatitis C yang lebih baik dibantu dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat.

HCV genotipe v.2 merupakan suatu pemeriksaan untuk mengidentifikasi virus hepatitis genotipe C 1-6 termasuk subtipe pada sebagian besar genotipe dengan metode reverse hybridization.

Penentuan genotipe HCV dengan akurat sangat penting secara klinis, karena genotipe HCV berperan penting dalam menentukan lama terapi, dosis antiviral (ribavirin) yang diberikan, dan dalam studi epidemiologi. Selain itu beberapa genotipe memiliki sustained virologic response (SVR) yang lebih baik terhadap pemberian pegylated interferon bersama ribavin.

Ø Genotipe 1 dan 4 lebih resisten terhadap terapi dengan pegylated alpha interferon dan ribavirin dibandingkan dengan genotipe 2 dan 3.

Ø Pasien hepatitis C genotipe 1b menunjukkan tingkat kekambuhan yang tinggi dan progresi ke arah hepatitis kronis aktif dan sirosis dibandingkan pasien dengan genotipe lain.

Ø Perbedaan genotipe 6c – 6l dan genotipe 1 ditunjukkan dalam hal SVR karena genotipe 6 memiliki SVR yang lebih baik dibandingkan genotipe 1.

HCV genotipe v.2 merupakan pengembangan pemeriksaan dengan menambahkan core region bersama-sama dengan daerah 5’UTR untuk genotyping HCV yang telah mengacu pada konsensus dan sistem tata nama yang baru untuk genotipe HCV.

Di daerah 5’UTR dapat diperoleh informasi genotipe 1-5 dan 6a-6b secara akurat. Akan tetapi genotipe 6 subtipe c-l tidak dapat dibedakan dari genotipe 1 dengan hanya berdasarkan analisis daerah 5’UTR. Subtipe 1a dan 1b juga tidak dapat dibedakan secara akurat dengan hanya berdasarkan analisis 5’UTR.

Pada studi genotipe dan subgenotipe HCV dari Asia Tenggara, pemeriksaan HCV Genotype v.2 dapat mengidentifikasi 96% genotipe dan subgenotipe dibandingkan dengan sequence analysis sedangkan pemeriksaan terdahulu yang hanya menargetkan 5’UTR hanya dapat mengidentifikasi 71% genotipe dan subgenotipe.